Cedera Jaringan Butuh PEACE & LOVE

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, penanganan cedera jaringan lunak terus mengalami evolusi. Dalam blog ini setidaknya saya telah menulis artikel mengenai penangan cedera dengan metode RICE dan kemudian saya update dengan menulis artikel penanganan cedera dengan metode POLICE yang menambahkan unsur optimal loading. Baru-baru ini BJSM ( British Journal Sport Medicine ) memuat artikel yang memperkenalkan metode baru dalam penanganan cededera yang disingkat dengan akronim yang cukup cantik, yaitu ‘PEACE & LOVE’

Prinsip penanganan cedera akut dengan PEACE & LOVE

Prinsip penanganan cedera dengan PEACE & LOVE ini diperkenalkan oleh dua orang fisioterapis asal Italia yaitu Blaise dan Jean – Francous Esculier, sehingga tak berhenti pada fase ‘healing’ atau perbaikan jaringan saja tapi juga memperhatikan aspek pemulihan cedera.

Pada fase perbaikan jaringan menggunakan prinsip PEACE, sedangkan pemulihan menggunakan prinsip LOVE. Penggunaan es ( ice ) yang telah lama digunakan dalam prinsip-prinsip penanganan cedera di masa lampau dari ICERICEPRICE hingga POLICE ditinggalkan. Penggunaan obat anti inflamasi juga di ‘haram’ kan karena dapat menghambat penyembuhan jaringan paska cedera.Penambahan unsur edukasi menjadi kental dengan pendekatan ‘biopsikososial’ yang kini berkembang pesat dan semakin diterima oleh fisioterapis; “Berikan edukasi kepada pasien agar terlibat aktif dan hindari penggunaan modalitas pasif berlebihan”.

Untuk mengenal lebih dalam apa itu PEACE & LOVE sebagai prinsip penanganan cedera, Anda dapat membaca berbagai journal. Disini saya akan berbagi pengetahuan sekilas tentang prinsip PEACE & LOVE :

P – Protection ( Proteksi )

Hindari tumpuan dan batasi selama 1 – 3  hari setelah cedera untuk meminimalisir perdarahan yang memperburuk penyembuhan jaringan.

Istirahat harus dimimalisir dan dibatasi karena terlalu lama beristirahat dapat merugikan kekuatan dan kualitas jaringan. Latihan gerak dan pembebanan dilakukan secara bertahap sesuai dengan toleransi nyeri.

E – Elevation ( Elevasi )

Mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung sesering mungkin yang bisa dilakukan.

Meskipun belum ada bukti yang kuat yang mendukung elevasi ini, namun masih direkomendasikan karena jika dinilai untung-ruginya, tidak memberikan resiko yang tinggi yang berdampak buruk.

A – Avoid Anti Inflamatory ( Hindari Anti Inflamasi )

Hindari penggunaan obat anti inflamasi dan kompres es. Meskipun saat banyak digunakan, namun belum ada bukti yang berkualitas yang menunjukkan efektifitas es dan obat anti inflamasi dalam penyembuhan jaringan lunak.

Studi terkini banyak mengkritisi penggunaan es dalam pengobatan cedera akut, dimana penggunaan es dapat mengganggu peredaran darah yang mengangkut zat-zat alami penting dalam penyembuhan jaringan. Sedangkan obat anti inflamasi, terutama jika digunakan secara berlebihan, akan mengganggu regenerasi jaringan lunak.

C – Compression ( Kompresi )

Gunakan elastic bandage atau kinesiotape untuk mengurangi pembengkakakan.

Meskipun masih dalam perdebatan namun kompresi seteleh cedera ankle dapat mengurangi pembengkakan sendi dan perdarahan jaringan.

E – Education ( Edukasi )

Berikan edukasi kepada pasien untuk terlibat aktif dalam pemulihan dan hindari penggunaan modalitas pasif ( elektoterapi, manual terapi atau akupuntur ) secara berlebihan.

Penggunaan modalitas pasif secara berlebihan menimbulkan efek ketergantungan jangka panjang dengan fisioterapis. Edukasi tentang nyeri dan fase pemulihan jaringan juga dapat menghindari efek nocebo yang seringkali berujung overtreatment, baik penggunaan obat dan injeksi yang berlebihan atau tindakan operasi yang bisa dicegah.

Setelah PEACE, lalu ikuti dengan :

L – Loading ( Pembebanan )

Lakukan pembebanan secara bertahap dengan menggunakan toleransi nyeri sebagai petunjuk dosis.

Pendekatan aktif dengan gerakan dan latihan berdampak positif bagi pasien dengan gangguan muskuloskeletal. Pembebanan dan gerakan harus dilakukan sesegera mungkin setelah kondisi memungkinkan. Pembebanan yang optimal tanpa menimbulkan nyeri dapat membantu proses penyembuhan, remodeling jaringan dan mebangun toleransi dan kapasitas tendon, otot dan ligamen.

Mobilisasi dini dan laihan aerobik dapat  mengurangi kebutuhan obat nyeri pada pasien
dengan kondisi muskuloskeletal.

O – Optimism ( Optimis )

Kondisikan pikiran Anda untuk senantiasa perpikir positif dan percaya diri.

Otak memainkan peranan penting dalam proses pemulihan. Faktor psikis negatif seperti ketakutan, kecemasan dan depresi dapat menghambat pemulihan secara signifikan. Beberapa ahli berpendapat agar klinisi lebih banyak menerangkan tentang tanda – gejala cedera cedera ankle dan meminimalisir menerangkan tentang aspek patofisiologi cedera yang dapat membuat takut pasien.

Karena pesimisme akan memperburuk dan memperlambat proses pemulihan, maka klinisi harus memberikan optimisme asal masih dalam kerangka realistis.

V – Vascularisation ( Vaskularisasi )

Lakukan latihan kardiovaskuler untuk memperlancar perdaran darah.

Aktivitas fisik termasuk komponen kardiovaskuler yang penting dalam pemulihan cedera muskuloskeletal, meskipun masih butuh penelitian lebih lanjut berapa hari setelah cedera sebaiknya latihan fisik mulai dilakukan untuk memperlancar aliran darah ke jaringan yang cedera.

E – Exercise ( Latihan )

Lakukan latihan seperti strenghtening, stretching, dan propioception untuk pemulihan.

Terdapat bukti kuat yang mendukung penggunaan latihan untuk pengobatan keseleo pergelangan kaki dan untuk mengurangi kecenderungan cedera berulang. Latihan akan membantu memulihkan mobilitas, kekuatan dan proprioception setelah cedera.