Banyak yang menganggap kegemukan sama dengan obesitas. Padahal, dua istilah ini memiliki standar yang berbeda. Seseorang bisa jadi mengalami kegemukan, tapi dia belum tentu masuk kategori obesitas.
Definisi, Ukuran, dan Resiko Penyakit
Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan atau meningkatkan masalah kesehatan.
Kapan seseorang dianggap mengalami obesitas? Yakni bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.
Sehingga, bisa dibilang, seseorang yang mengalami obesitas pasti gemuk. Tapi orang gemuk belum tentu obesitas. Seseorang dianggap gemuk bila ia sedikit melewati IMT ideal, sedangkan obesitas adalah tahap lanjutan dari kegemukan .
Meski begitu, obesitas dan kegemukan memiliki satu persamaan, yakni meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit. Di antaranya: penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, dan asma.
Obesitas dan kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik. Hal ini tak menutup kemungkinan lain, seperti faktor gen, gangguan endokrin, obat-obatan, atau penyakit psikiatri. Hanya saja, cuma sedikit bukti yang mendukung pandangan obesitas dan kegemukan itu karena metabolisme tubuh yang lambat.
Potensi Sakit Lutut
Lebih spesifik lagi, obesitas dan kegemukan menyebabkan seseorang rentan mengalami sakit lutut. Setiap setengah kilogram berat badan dapat membebani lutut sampai 2,2 kg. Sehingga, kelebihan berat badan sekitar 4,5 kg saja bisa membebani sendi lutut.
Sendi lutut sendiri merupakan sendi yang kompleks dan rentan cedera. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab nyeri lutut seperti cedera, tekanan berlebihan pada lutut, dan ausnya sendi lurut karena penggunaan yang terus-menerus.
Kegemukan dan obesitas juga meningkatkan risiko osteoartritis, yakni kerusakan tulang rawan sendi lutut. Selain itu, penambahan berat badan akan memperburuk artritis yang sebelumnya sudah diderita. Menurut penelitian, dua dari tiga orang dewasa yang obesitas menderita osteoartritis pada satu waktu dalam hidupnya.
Meski pengaturan pola makan dan olahraga sangat penting untuk menurunkan berat badan, jika lutut Anda cedera, tentu tak mungkin menurunkan badan lewat sembarang olahraga.
Oleh sebab itu jika Anda kegemukan, sangat disarankan memilih jenis olahraga yang aman untuk lutut. Misalnya memilih sepeda statis ketimbang treadmill. Jika Anda menyukai olahraga lari, gantilah dengan berjalan kaki di permukaan datar tetapi dalam periode waktu yang lebih panjang, ataupun jalan cepat yang diselingi lari selama tiga sampai empat menit kemudian jalan cepat lagi.
Jika Anda tergolong orang gemuk, kunjungi klinik fisioterapi untuk meminta saran olahraga yang tepat dan aman untuk lutut, terutama jika Anda juga telah mengalami nyeri lutut.
Solusi Diet dan Aktivitas Fisik
Kabar buruknya, obesitas dan kegemukan adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada abad 21. Sedangkan kabar baiknya, keduanya bisa dicegah. Ada banyak alasan untuk menjauhkan diri kita dari dua kasus ini, mengingat efeknya bisa berujung pada kematian.
Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi jalan keluar masalah obesitas dan kegemukan. Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Hindari makanan dan minuman cepat saji, walau menjanjikan gaya hidup sehat.
Obat-obatan antikegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat—dengan resep dokter. Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan atau panjang usus sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.