Cedera atau penyakit dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Begitu pula pada kondisi paska operasi. Dalam tingkat tertentu, kesulitan bergerak dan melakukan aktivitas dapat mengurangi kemandirian seseorang sehingga banyak memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Masalah kemandirian menjadi salah satu alasan mengunjungi fisioterapi, terutama pada orang-orang dengan stroke, cedera kepala, cedera tulang belakang, paska operasi, juga kondisi kelelahan paska COVID-19.
Untuk meraih kembali kemandirian memang memerlukan proses yang tidak instan. Bisa berlangsung berbulan-bulan. Proses pemulihan yang panjang inilah yang acap kali membuat pasien frustasi karena merasa tidak ada perkembangan.
Bagaimana mengatasinya? Ini bukan hanya problem bagi pasien atau keluarganya saja, tapi juga menjadi perhatian para fisioterapis dan beberpa profesi kesehatan, terutama yang berkecimpung di ranah rehabilitasi.
1. Tentukan target yang akan dicapai
Contents
Target yang jelas memberikan kita gambaran arah dan usaha yang harus kita lakukan. Termasuk perkiraan waktu yang akan dijalani. Ini penting, meskipun seeingkali sulit dilakukan, karena selain memerlukan tingkat ketelitian dan keluasan dalam memahami kondisi pasien, juga diperlukan kompromi dan kesepakatan dari fiisoterarapis, pasien dan keluarganya terkait tujuan yang akan dicapai bersama.
2. Tentukan milestone (tujuan jangka pendek)
Meskipun telah mengetahui tujuan yang akan dituju, menempuh perjalan jauh akan melelahkan bila kita tak mengetahui telah sejauh mana perjalanan telah ditempuh? Batas antar kota atau penanda kilometer ( milestone ) dapat membantu kita mengetahui sejauh mana jarak yang telah ditempuh dan masih harus menempuh perjalanan berapa jauh lagi.
Tujuan jangka pendek ini juga penting untuk menjaga psikologis pasien dan keluarganya saat harus menjalani proses rehabilitasi yang panjang. Sebagaimana tujuan yang akan dituju, tujuan jangka pendek juga memerlukan kesepakatan bersama antara fisioterapis, pasien dan keluarganya.
3. Gunakan alat ukur
Tingkat kesulitan pasien dalam melakukan aktivitas atau seberapa banyak bantuan yang diberikan oleh orang lain dapat menjadi alat ukur untuk mengetahui perkembangan. Ini bisa bersifat subjektif juga bisa objektif. Untuk pasien-pasien dengan masalah kemandirian, fisioterapis menggunakan alat ukur spesifik yang banyak digunakan oleh para profesional kesehatan seperti indeks barthel, indeks katz, FIM atau postural assessment scale.
Lalu, apakah pasien dan keluarga bisa menggunakannya alat ukur tersebut?
Bisa,
Dengan alat ukur yang sederhana seperti indeks barthel atau postural assessment scale, keluarga pasien bisa menggunakan alat ukur tersebut untuk mengukur perkembangan pasien. Mintalah bantuan fisioterapis untuk memberikan petunjuk bagaimana cara melakukan pengukuran tingkat kemandirian.
Biasanya alat ukur berupa formulir yang berisi list aktivitas, setiap aktivitas dinilai seberapa sulit pasien melakukannya atau seberapa banyak orang lain membantunya dengan menggunakan skala tertentu, misalnya angka 0 – 10. Pengukuran dapat dilakukan dengan jarak waktu tertentu.
Peningkatan kemandirian dari waktu ke waktu yang terukur dan terdokumentasi bisa menjadi umpan balik yang baik bagi pasien, keluarga pasien.
Formulir pengukuran kemandirian pasien
Berikut ini adalah contoh formulir pengukuran tingkat kemandirian yang bisa kamu unduh. Setiap pasien memiliki alat ukur kemandirian yang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya.